2.1 TEORI PEMROSESAN INFORMASI
Ada
beberapa pendapat mengenai pengertian belajar, diantaranya :
Menurut
Howard L. Kingsley dalam Dantes (1997) mengemukakan bahwa 'belajar adalah suatu
proses bukan produk. Proses dimana sifat dan tingkah laku ditimbulkan dan
diubah melalui praktek dan latihan‟. Sedangkan menurut Jauhari (2000:75) mengatakan bahwa belajar adalah
proses untuk memperoleh perubahan yang dilakukan secara sadar, aktif, dinamis,
sistematis, berkesinambungan, integrativ dan tujuan yang jelas‟. Sejalan dengan
itu, Fontana dalam Khoir (1991) memusatkan belajar dalam tiga hal, yaitu
belajar adalah mengubah tingkah laku, perubahan adalah hasil dari pengalaman,
dan perubahan terjadi dalam perilaku individu.
Jadi,
pada hakekatnya belajar adalah segala proses atau uasaha yang dilakukan secara
sadar, sengaja, aktif, sistematis dan integrativ untuk menciptakan
perubahan-perubahan dalam dirinya menuju kearah kesempurnaan hidup.
Berkenaan
dengan hal ini, ada sebuah teori yang membahas tentang peran operasi-operasi
kognitif dalam pengolahan informasi sebagai usaha untuk menciptakan dan
membentuk perubahan perilaku, teori ini dikenal dengan teori sistem pemrosasan
informasi.
Dalam
teori ini manusia dipandang sebagai sistem yang memodifikasi informasi sendiri
secara aktif dan terorganisir. Perkembangan seseorang dalam pemrosesan
informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan kuantitatif dan kualitatif serta
pengaruh-pengaruh genetis dan lingkungan. Inti dari perkembangan dalam
pemrosesan informasi adalah terbentuknya sistem pada diri seseorang yang
semakin efisien untuk mengontrol aliran informasi (Miller, 1993).
Teori pemrosesan informasi bermula dari asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut
teori ini, belajar merupakan proses
mengolah informasi. Proses belajar itu sendiri memang penting dalam teori
pemrosesan informasi, namun teori ini menganggap sistem informasi yang diproses
yang nantinya akan dipelajari siswa adalah yang lebih penting. Karena Informasi
inilah yang akan menentukan proses, dan bagaimana proses belajar akan
berlangsung, akan sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Implementasi
teori pemrosesan informasi dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh, di antaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi
pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler,
Snowman, Baine, dan Tennyson.
Teori Pemrosesan Informasi Gagne
Teori
belajar yang dirintis oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing
Learning Theory’. Teori ini merupakan
gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak manusia di saat memroses suatu
informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut juga ‘Information-Processing
Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan Informasi’. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
2.2
SISTEM
PEMROSESAN INFORMASI
Dalam
upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima,
disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika
diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi
oleh para pakar seperti Biehler dan Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson
(1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada tiga asumsi (Lusiana, 1992)
yaitu:
- Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
- Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
- Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dari
ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktur dan
pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol). Komponen pemrosesan
informasi dipilah menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas,
bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah;
1) sensory receptor, 2)working memory, dan 3) long
term memory. Sedangkan proses kontrol diasumsikan sebagai strategi yang
tersimpan di dalam ingatan dan dapat dipergunakan setiap saat diperlukan.
a. Sensory
Receptor (SR)
Sensory
Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali
informasi diterima dari luar. informasi masuk ke sistem
melalui sensory register Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk
aslinya, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan
informasi tadi mudah terganggu dengan kata lain sangat mudah berganti.
Agar tetap berada dalam sistem, informasi masuk
ke working memory yang digabungkan dengan informasi di
long-term memory.
b. Working
Memory (WM)
Pengerjaan
atau operasi informasi berlangsung di working memory. Disini, berlangsung
proses berpikir secara sadar.
Working
Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi
yang diberi perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini
dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakteristik WM adalah bahwa; 1) ia memiliki
kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi di dalamnya hanya
mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa upaya pengulangan atau rehearsal.
2) informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
Asumsi pertama berkaitan dengan penataan jumlah informasi, sedangkan asumsi
kedua berkaitan dengan peran proses kontrol. Artinya, agar informasi dapat
bertahan dalam WM, maka upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas WM
disamping melakukan rehearsal. Sedangkan penyandian pada tahapan
WM, dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, dipengaruhi oleh peran
proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.
c. Long
Term Memory (LTM)
Long
Term Memory (LTM) diasumsikan; 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki
oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali
informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Kelemahannya adalah
betapa sulit mengakses
informasi yang tersimpan di
dalamnya. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau
kegagalan memunculkan kembali (retrieval failure) informasi yang diperlukan.
Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses
penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh
Howard (1983) bahwa informasi disimpan di dalam LTM dalam bentuk prototipe,
yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang
berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan pengetahuan baru. Dengan ungkapan
lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan
proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang telah dimiliki,
yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (knowledge base) (Lusiana,
1992).
Sistem
Pemrosesan Infomasi
Sistem pemrosesan infomasi ini sendiri dapat
dianalogikan melalui model pemrosesan informasi berikut ini.
Model
pemrosesan informasi di atas digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang
dihubungkan dengan garis-garis. Kotak-kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi
atau keadaan sistem, dan garis-garis menggambarakan transformasi yang terjadi
dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.
Dalam
model ini, informasi dalam bentuk energi fisik tertentu (sinar untuk bahan
tertulis, bunyi untuk ucapan, tekanan untuk sentuhan, dan lain-lain) diterima
oleh reseptor yang peka terhadap energi dalam bentuk-bentuk itu.
Reseptor-reseptor ini mengirimkan tanda-tanda dalam bentuk implus elektrokimia
ke otak. Jadi transformasi pertama yang dialami informasi ialah dari berbagai
bentuk energi ke satu bentuk yang sama. Imlplus-implus saraf dari reseptor
masuk ke suatu registor pengindraan yang
terdapat dalam sistem saraf pusat. Informasi pengindraan disimpan dalam sistem
saraf pusat selama waktu yang sangat singkat sekali; menurut Sperling hanya
selama seperempat detik. Dari seluruh informasi yang masuk ini sebagian kecil
yang disimpan untuk selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek, sedangkan selebihnya hilang darri sistem. Proses
reduksi ini disebut presepsi selektif.
Memori
jangka pendek secara kasar dapat disamakan dengan kesadaran. Artinya, apa yang kita sadari pada suatu waktu,
dikatakan terdapat pada memori jangka
pendek kita. Informasi keluar dari memori jangka pendek dalam waktu kira-kira
10 detik, keculi jika informasi itu diulang-ulang. Memori jangka pendek ini
dapat juga kita sebut sebagai memori kerja, yang merupakan tempat dilakuakannya
kegiatan mental secara sadar.
Informasi
dalam memori kerja dapat dikode, kemudian disimpan dalam memori jangka panjang. Pengkoden
(coding) merupakan suatu proses transformasi dimana informasi baru
diintegrasikan pada informasi lama dengan berbagai cara. Memori jangka panjang
menyimpan informasi yang akan digunakan di kemudian hari.
Informasi
yang telah disimpan dalam memori jangka panjang, bila akan digunakan lagi harus
dipanggil. Informasi yang telah dipanggil merupakan generasi respon. Dalam
pikiran sadar informasi mengalir dari memori jangka panjang ke generator
respons selama pemanggilan.
Generator
respon mengatur urutan respons, dan membimbing efektor-efektor. Efektor-efektor
ini meliputi semua otot dan kelenjar kita, tetapi untuk tugas sekolah, efektor
yang utama ialah tangan untuk menulis dan alat suara untuk berbicara.
Aliran
informasi dalam sistem manusia ternyata bertujuan, dan diatur oleh kotak-kotak
yang disebut harapan dan kontrol eksekutif. Khususnya harapan
tentang hasil kegiatan mental mempengaruhi pemrosesan informasi, seperti
prosedur pengontrolan dan strategi-strategi mempengaruhi pencapaian
tujuan-tujuan.
2.3
PENYAJIAN
PENGETAHUAN
Seperti
yang telah dikatakan sebelumnya, kapasitas memori manuasia sangat terbatas,
sehingga tidak semua informasi (pengetahuan) yang diterima dapat disimpan.
Untuk menyiasati hal ini, maka diperlukan sebuah peyajian pengetahuan yang
terdiri dari:
1. Proposisi
2. Produksi
3. Gambaran
mental
Proposisi
Proposisi merupakan unit dasar informasi dalam
sistem pemrosesan informasi manusia. Proposisi dapat disamakan dengan gagasan.
Hubungan dan Argumen Proposisi
Suatu proposisi selalu terdiri atas dua
unsur:suatu hubungan dan sekumpulan argumen. Argumen merupakan topik proposisi,
yang dapat berupa kata benda atau kata ganti(kadang-kadang dapat berupa kata
kerja atau kata sifat). Hubungan suatu proposisi dapat berupa kata kerja,kata
sifat, dan kata keterangan.
1.
Beberapa Contoh Proposisi serta Hubungan dan Argumennya
Proposisi
|
Hubungan (relasi)
|
Argumen
|
Air menguap
Maya membaca buku
Ayah memberikan kunci pada Adi
|
Menguap
Membaca
Memberikan
|
Air
Maya, buku
Ayah, kunci, Adi
|
2.
Beberapa proposisi dengan lebih dari satu argumen
Proposisi
|
Hubungan(relasi)
|
Argumen
|
Ibu memberi pensil pada Amir
Ahmad pergi ke sekolah
Ruli mengukur suhu dengan termometer
|
Memberi
Pergi
Mengukur
|
Ibu (subjek), Amir (penerima), pensil(objek)
Ahmad (subjek), sekolah(tujuan)
Ruli(subjek),suhu(objek),termometer(alat)
|
Perlu diperhatikan perbedaan antara kata, frasa
dan kalimat di satu pihak dan proposisi di lain pihak. Kata ,frasa dan kalimat
merupakan cara mengkomunikasikan gagasan, sedangkan proposisi merupakan gagasan
itu sendiri ,jadi proposisi lebih abstrak.
R. gagne dalam bukunya the condition of learning
mengungkapkan betapa pentingya proposisi. Kata-kata yang mengungkapkan
fakta-fakta tidak seluruhnya disimpan dalam memori. Tetapi yang direproduksi
ialah “gagasan”. Dengan demikian informasi faktual yang dipelajari dan disimpan
dalam memori sebagai proses bermakna.
Proposisi dalam Bentuk
Lingkaran-Panah
Suatu proposisi yang terdiri atas satu relasi
dan satu atau lebih argumen dapat dinyatakan atau digambarkan dengan bentuk
lingkaran panah. Bentuk semacam ini lebih berguna kalau akan menggambarkan
kaitan beberapa proposisi daripada jika digambarkan dalam bentuk daftar. Panah
mengarah pada setiap proposisi,dan diberi nama untuk menyatakan peranan unsur
itu dalam proposisi tertentu.
Jaringan Proposisi
Salah satu ciri suatu unit informasi yang paling
penting adalah kaitannya dengan unit-unit yang lain. Karena kaitan antara
unit-unit informasi ini merupakan aspek yang penting dari intelegensi, penting
juga untuk mengetahui cara menggambarkannya.
Salah satu cara adalah dengan jaringan proposisi
yang merupakan himpunana proposisi yang saling berkaitan. Setiap dua proposisi
yang memiliki bersama satu unsur ,saling terkait melalui unsur itu.
Suatu jaringan proposisi merupakan konstruk
hipotesis . Walaupun demikian, jaringan-jaringan proposisi selanjutnya
merupakan konstruk yang dapat menolong kita dalam berfikir tentang proses
kognitif.
Penelitian Hayes-Roth dan Thorndyke (dalam
E.Gagne 1985) menunjukan bahwa manusia menyimpan informasi dalan jaringan
proposisi. Penelitian ini menyarankan bahwa baik atau buruknya informasi itu
terintregasi dalam memori bergantungpada apakah dua informasi yang ada
hubungannya itu aktif dalam memori kerja pada waktu yang sama. Prinsip ini
sangat penting dalam mengajar.
Pengetahuan Deklaratif
dan Prosedural
Proposisi digunakan untuk menyajikan pengetahuan
deklaratif, sedangakan pengetahuan prosedural disajiakn oleh produksi. Pengetahuan
deklaratif menyatakan pengetahuan apa sesuatu itu, sedangakan pengetahuan
prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu.
Pengetahuan deklaratif dapat berbeda dalam topik
dan ruang lingkup. Kita dapat mengetahui tentang fakta, generalisasi,
kejadian-kejadian pribadi. Selain itu, fakta-fakta dapat disusun menjadi
himpunan fakta,generalisasi-generalisasi di susun menjadi tori-teori ,dan
kejadian-kejadian pribadi dapat disusun menjadi sejarah hidup. Jelaslah bahwa
pengetahuan deklaratif memiliki banyak ragam.
Semua pengetahuan deklaratif itu relatif statis.
Pengetahuan prosedural itu lebih dinamis. Bila pengetahuan prosedural di
aktifkan ,hasilnya bukan pemangilan informasi,melainkan suatu transformasi
informasi. Misalnya, hasil mengerjakan soal 333/3 adalah 111. Informasi input
(333/3) telah diubah menjadi suatu output (111) yang berbeda bentuknya dengan
input. Jadi pengetahuan prosedural digunakan untuk mentransformasi informasi.
Perbedaan lain dari pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural adalah dalam kecepatan mengaktifkannya. Bila pengetahuan
prosedural sekali telah dipelajari dengan baik, pengetahuan ini bekerja secara
cepat dan otomatis.
Produksi
Aturan Kondisi – Aksi
Produksi meruapakan kondisi aturan – aturan
kondisi-aksi. Artinya, produksi memprogram terjadinya aksi-aksi tertentu pada
kondisi tertentu.
Suatu produksi mempunyai dua anak
kalimat, satu anak kalimat jika, dan satu anak
kalimat maka. Anak kalimat JIKA menentukan kondisi atau
kondisi yang harus ada agar terjasi aksi-aksi tertentu. Anak kalimat MAKA
memuat aksi-aksi yang terjadi bila kondisi-kondisi yang terdapat dalam
anak kalimat JIKA terpenuhi.
System Produksi
Sistem produksi memperlihatkan gagasan otomatis
yang merupakan suatu ciri penting produksi. Suatu system produksi mirip dengan
suatu set thermostat yang secara otomatis mulai bekerja pada kondisi-kondisi
tertentu. Bila pengetahuan disajikan dalam bentuk produksi, pengambilan
keputusan terjadi tanpa banyak pekerjaan yang disadari. Dengan lain perkataan,
terjadi secaa otomatis.
Gambaran Mental
Menurut E. Gagne, gambaran mental merupakan
penyajian-penyajian analog (Gagne, E. 19985: 65). Biehler (1982: 205)
mengemukakan bahwa pada umumnya gambaran mental berarti suatu penyajian
nonverbal suatu objek konkret atau kejadian, missalnya suatu gambar.
Gambaran mental digunakan dalam memori bekerja
untuk memanipulasi informasi special, yaitu informasi yang menyangkut
ruang. Selain itu gambaran mental juga dapat digunakan untuk memikirkan
dimensi-dimensi abstrak. Penggunaan gambaran mental selama menggungkapkan
informasi baru kelihatannya menolong mengingat informasi itu (Gegne, E. 1985:
63).
Ekonomi Penyajian
Dalam bab ini kita membahas beberapa bentuk
penyajian pengetahuan yang sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan arsitektural
system pemrosesan informasi. Hal yang ditekankan dalam bab ini ialah
pengetahuan itu disajikan dalam bentuk-bentuk yang mengurangi beban pada memori
kerja. Jaringan proposisi mengurangi beban dengan tersedianya pengetahuan yang
berhubungan. Dengan demikian, bila kita memikirkan gagasan tertentu,
gagasan-gagasan yang berhubungan dengan mudah timbul dalam pikiran. System
produksi mengurangi beban pada memori kerja dengan membiarkan control mengalir
secara otomatis dari satu tingkat dalam serangkaian operasi-operasi mental ke
tingkat yang lain. Suatu proses, yang berlangsung otomatis, mengambil sedikit
tempat dalam memori kerja. Gambaran mental mengurangi beban dengan menyajikan
informasi spasial secara impilsit. Dibandingkan dengan proposisi, gambaran
mental dapat memasukan lebih banyak informasi spasial ke dalam memori kerja
tanpa melampaui kapasitasnya.
2.4
IMPLEMENTASI
SISTEM PEMROSESAN INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN
FISIKA
Sejalan dengan teori
pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan
baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth
dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif
secara hirarkhis. Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang
diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru
yang lebih rinci. Implikasinya di dalam pembelajaran, semakin baik cara
penataan pengetahuan sebagai dasar pengetahuan yang datang kemudian, semakin
mudah pengetahuan tersebut ditelusuri dan dimunculkan kembali pada saat
diperlukan.
Teori belajar pemrosesan
informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar
adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan
perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja
manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut Gagne, untuk mengurangi
muatan memori kerja bentuk pengetahuan yang dipelajari dapat berupa:
1.
proposisi
2.
produksi
3.
gambaran mental
Teori Gagne dan Briggs
mempreskripsikan kedalam
1.
kapabilitas belajar
2.
peristiwa pembelajaran
3.
pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Mengenai kapabilitas
belajar kaitannya dengan unjuk kerja dirumuskan oleh Gagne sebagai berikut
(Degeng, 1989).
No.
|
Kapabilitas Belajar
|
Unjuk Kerja
|
1.
|
Informasi verbal
|
Menyatakan informasi
|
2.
|
Ketrampilan Intelektual
|
Menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan lingkungan.
|
- Diskriminasi
|
Membedakan perangsang yang memiliki dimen-si fisik yang
berlainan.
|
|
- Konsep konkrit
|
Mengidentifikasi contoh-contoh konkrit.
|
|
- Konsep abstrak
|
Mengklasifikasi contoh-contoh dengan meng-gunakan ungkapan
verbal atau definisi.
|
|
- Kaidah
|
Menunjukkan aplikasi suatu kaidah.
|
|
- Kaidah tingkat lebih tinggi
|
Mengembangkan kaidah baru untuk memecah-kan masalah.
|
|
3.
|
Strategi Kognitif
|
Mengembangkan cara-cara baru untuk meme-cahkan masalah.
Menggunakan berbagai cara untuk mengontrol proses belajardan/atau berpikir.
|
4.
|
Sikap
|
Memilih berperilaku dengan cara tertentu.
|
5.
|
Ketrampilan Motorik
|
Melakukan gerakan tubuh yang luwes, cekatan, serta dengan
urutan yang benar.
|
Teori belajar pemrosesan
informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang
mencakup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan
menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai
peristiwa pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan
kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Sembilan
tahapan dalam peristiwa pembelajaran yang diasumsikan sebagai cara-cara
eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan
belajar adalah:
1. Menarik perhatian.
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran
kepada siswa.
3. Merangsang ingatan pada prasyarat
belajar.
4. Menyajikan bahan perangsang.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Mendorong unjuk kerja.
7. Memberikan balikan informatif.
8. Menilai unjuk kerja.
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar.
Dalam mengorganisasikan
pembelajaran perlu dipertimbangkan ada tidaknya prasyarat belajar untuk suatu
kapabilitas, apakah siswa telah memiliki prasyarat belajar yang diperlukan. Ada
prasyarat belajar utama, yang harus dikuasai siswa, dan ada prasyarat belajar
pendukung yang dapat memudahkan belajar. Pengorganisasian pembelajaran untuk
kapabilitas belajar tertentu dijelaskan sebagai berikut:
Pengorganisasian
pembelajaran ranah ketrampilan intelektual.
Menurut Gagne, prasyarat
belajar utama dan keterkaitan satu dengan lainnya digambarkan dalam hirarkhi
belajar. Reigeluth membedakan struktur belajar sebagai ketrampilan yang lebih
tinggi letaknya di atas, sedangkan ketrampilan tingkat yang lebih rendah ada di
bawahnya.
Pengorganisasian pembelajaran ranah informasi
verbal.
Kemampuan ini
menghendaki siswa untuk dapat mengintegrasikan fakta-fakta ke dalam kerangka
yang bermakna baginya.
Pengorganisasian
pembelajaran ranah strategi kognitif.
Kemampuan ini banyak
memerlukan prasyarat ketrampilan intelektual, maka perlu memasukkan
ketrampilan-ketrampilan intelektual dan informasi cara-cara memecahkan masalah.
Pengorganisasian
pembelajaran ranah sikap.
Kemampuan sikap
memerlukan prasyarat sejumlah informasi tentang pilihan-pilihan tindakan yang
tepat untuk situasi tertentu, juga strategi kognitif yang dapat membantu
memecahkan konflik-konflik nilai pada tahap pilihan.
Pengorganisasian
pembelajaran ranah ketrampilan motorik.
Untuk menguasai
ketrampilan motorik perlu dimulai dengan mengajarkan kaidah mengenai urutan
yang harus diikuti dalam melakukan unjuk kerja ketrampilan yang dipelajari.
Diperlukan latihan-latihan mulai dari mengajarkan bagian-bagian ketrampilan
secara terpisah-pisah kemudian melatihkannya ke dalam kesatuan ketrampilan.
Keunggulan strategi
pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1. Cara berpikir yang berorientasi pada
proses lebih menonjol.
2. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
ekonomis.
3. Kapabilitas belajar dapat disajikan
lebih lengkap.
4. Adanya keterarahan seluruh kegiatan
belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5. Adanya transfer belajar pada lingkungan
kehidupan yang sesungguhnya.
6. Kontrol belajar
(content control, pace control, display control, dan conscious cognition
control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
(prinsip perbedaan individual terlayani).
7. Balikan informatif
memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Dengan demikian aplikasi
teori sistem pemrosesan informasi dalam kegiatan pembelajaran yang dikemukakan
oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pembelajaran.
3. Mengkaji sistem informasi yang
terkandung dalam materi pelajaran.
4. Menentukan
pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah
algoritmik atau heuristik).
5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan
yang sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan materi
dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi
pelajaran.
Bila kita kaitkan sistem
pemrosesan informasi dalam pembelajaran fisika berdasarkan paparan diatas, maka
dapat kita lakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
1.
Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah menarik perhatian
siswa. Hal ini merupakan langkah awal untuk membuat siswa dapat memusatkan
perhatiannya pada materi pembelajaran fisika yang akan diajarkan. Kita dapat
menggunakan multimedia misalnya. Karena seperti yang kita ketahui, multimedia
memiliki tampilan yang lebih menarik bagi siswa. Kita bisa memanfaatkan fungsi
indera peserta didik secara lebih optimal. Misalnya, peserta didik tidak lagi
hanya akan melihat deretan tulisan yang membosankan, namun akan jauh lebih
menarik dari itu, peserta didik dapat melihat sejumlah animasi-animasi yang
dapat mewakili materi yang diajarkan, bukan sekedar membayangkan.
Selain
itu, kita juga dapat memberikan beberapa pertanyaan yang sifatnya “menantang”
di awal pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan ini diamaksudkan untuk menstimulasi
peserta didik, membuatkan alur (jalan cerita) sehingga keterkaitan materi yang
diajarkan lebih mudah dipahami.
2.
Kita dapat merangkum materi yang akan kita ajarkan secara garis
besarnya. Caranya dapat melalui mind mapping. Dengan mind mapping peserta didik
dapat menagkap butir-butir pokok informasi secara signifikan. Selain itu dengan
mind mapping siswa dapat :
§ secara visual relatif
lebih jelas urutan dan informasinya
§ membantu kemampuan otak
untuk berkonsentrasi
§ membuat sambungan antara
ide-ide sehingga mudah untuk dilihat
§ meningkatkan daya ingat
menuju Long term memory
3.
Dalam pembelajaran fisika, hanya dengan memanfaatkan minds on saja
tidaklah cukup. Dibutuhkan juga praktik kerja, hands on. Akan ada banyak hal
yang diperoleh peserta didik melalui praktik kerja ini. Bukan hanya kemampuan
kognitif saja yang dikembangkan disini, namun juga ada sikap dan keterampilan
motorik. Disini peserta didik dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, analitis,
terampil, memiliki sikap teliti, jujur, dan lain sebaginya. Melalui hal ini,
diharapkan peserta didik mampu mengimplemetasikannya dalam dunia nyata, khususnya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan salah satu tolak ukur dari keberhasilan
belajar yaitu adanya perubahan sikap menuju ke arah positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar